PEMBAHASAN
A.
Corak filsafat
Menurut oliver leaman,
filsafat islam itu sangat filosofis dalam arti logis- analistis, terus hidup
beegejolak, tidak sekadar melanjutkan tradisi sebelumnya, akan tetapi juga memperlihatkan
terobosan- terobosan kreatif dalam mmenjawab persoalan- pesoalan klasik maupun
modern.
Menurut pakar filsafat islam terdiri dari 4 segi: pertama, dari
sisi masalah- masalah yang dibahas. Kedua, dari aspek konteks sosio
kulturalnya. Ketiga, dari sudut factor- factor pemicu serta tujuan- tujuannya.
Yang ke empat, dari kenyataan bahwa para pelakunya hidup dibawah naungan
kekuasaan islam.
Memang jika di telusuri dan diteliti karya-
karyanya, para filsuf muslim bukan semata- mata memberi atau mungkin
memproduksi apa yang mereka pelajari dari ahli piker yunani kuno. Mereka tidak
pasif- reseptif, tidak menerima bulat- bulat
atau menelan mentah- mentah tanpa resistensi dan sikap kriitis.
Sebaliknya para pemikir muslim semisal ibnu sina, al Baghdadi, dan ar razi
mengupas dan mengurai, melakukan analisis dan erabolasi, menjelaskan dan
menyanggah dan melontarkan kritik, memodifikasi menyaring, mengukuhkan dan
menambahkan, memperkenalkan konsep- konsep
baru, atau menyuntikkan makna baru pada istilah- istilah yang sudah ada,
dan menawarkan solusi- solusi baru untuk persoalan- persoalan perennial dalam
filsafat.
Selain berhasil menelurkan sistesis cemerlang dan membangun system
pikiran tersendiri, para filsuf muslim
terutama berhasil mengakomodasi khazanah keilmuan yunani dalam kerangka
pandangan hidup islam.
a.
Kontroversi filsafat islam
Kendati termasuk bagian tradisi
intelektual islam, tidak sedikit yang antipati terhadap filsafat bukan sebagai sikap
mental, proses nalar kearifan, melainkan filsafat sebagai “barang import” yang
mengandung unsur- unsur ateisme, sekularisme, relativisme, pluralism, dan
liberalism. Filsafat dalam pengertian kedua inilah yang di tolak para ulama’
muslim yaitu filsafat yang menggiring pelakunya kepada sikap anti tuhan,
mendewakan akal, melecehkan nabi dan sebagainya.
Di abad k- 5 hijriyyah imam al-
ghazali melepaskan pukulan keras terahadap filsafat dalam karyanya Tahafu al-
Falasifah di mana beliau menganggap kufur 3 doktrin filsafat: pertama,
keyakinan filsuf bahwa alam ini kekal, kedua, pernyataan mereka bahwa tuhan
tidak mngetahui perkara- perkara detail, dan ketiga, pengingkaran mereka
terhadap kebangkitan jasad di hari kiamat. Fatwa yang begitu keras melarang pelajarn
filsafat juga di keluarkan oleh ibnu as- sholah, “ filsafat adalah pangkal
kebodohan dan penyelewan, kebingungan dan kesesatan. Siapa yang yang
berfilsafat maka butalah hatinya akan keutamaan syariah suci yang di tompang
dalil- dalil dan bukti- bukti yang jelas. Siapa mempelajarinya akan bersama
kehinaan, tertutup akan kebenaran, dan terpedaya oleh setan.”
Adapun filsafat dlam pengertian
pertama, dengan tujuan ganda membenarkan yang benar ( ihqaq al- haqq) dan
membatalkan yang bathil ( ibthal al- bathil) secara rasional, persuasive, dan
elegan, maka bisa di kategorikan fardlu kifayah.
Seperti rasa ingin tahu Nabi Ibrahim
yang mendorongnya bertanya bagaimana Allah menghidupkan orang mati. Allah balik
bertanya “ apakah engkau belum bertanya?” Nabi Ibrahim menjawab “ aku percaya,
akan tetapi ( aku bertanya) supaya hatiku tentram ” jadi filsafat itu untuk
mengokohkan kebenaran sekaligus menghapus keraguan.
A.
Tradisi
keilmuan islam
Pada saat komunitas islam
terbentuk, tantangan serius pertama yang dihadapi umat islam adalah tantangan
moral dan kemerosotan yang dibawa oleh budaya jahiliyyah. Kedua, tantangan kesusteraan
yang dimiliki oleh budaya jahiliyyah terutama yang terpenting adalah ketika
terjadi ekspansi islam terhadap peradapan lainnya. Tantangan ketiga adalah,
adanya aktifitas keilmuan dan filosofis yang dibawa terutama dari budaya
helenistik. Semua tantangan intelektual tersebut tentunya tidak dapat di hadapi
tanpa adanya para ulama’ atau cendekiawan yang terlatih dan mumpuni. Pakar
filsafat islam Alparlan Acikgence sampai pada kesimpulan ini untuk membuktikan
bahwa intelektualitas pada abad pertama kemunculan islam telah memiliki fondasi
yang memadai yang disebut konstextual causes untuk kebangkitan aktifitas
keilmuan dan kemunculan tradisi keilmuan dalam islam.
Tantangan spekulatif dari peradapan sebelumnya ( terutama budaya
jahiliyyah) dan adanya motifasi dari Al Qu’ran, bahwa manusia memiliki tanggung
jawab moral dan relijius sebagai khalifah di bumi dan alam semesta, membuat
generasi pertama islam mulai berspekulasi terhadap bebarapa masalah tertentu
yang muncul saat itu.
Pada
masa kenabian, ketika umat islam berhadapan dengan permaslahan- permasalahan
tersebut, Nabi Muhammadsaw akanmenguraikan dan menjelaskan dengan bimbingan
wahyu yaitu berdasarkan Al- Quran dan Hadist.
Alparslan
juga menegaskan bahwa apabila sejarah intelektual Islam pada masa awal di
pelajari secara teliti, maka akan terlihat benih dari beberapa ilmu yang telah
tampak sejak masa rasulullah terutama pada period eke tiga seperti sejarah,
hokum kesusteraan, grammar. Pada abad ke-1 hijriyyah kebanyakan pengetahuan
tersebut telah menjadiilmu atau sains. Pada proses ini stuktur pengetahuan
bersamaan dengan turunya wahyu,namun secar kronologis dapat di bedakan sebagai
berikut:
Periode
mekkah awwal, ketika pada umumnya konsep dan isu teologi dan etika dibangun
seperti konsep tuhan, konsep penciptaan, konsep akhirat, kewajiban manusia,
membantu yang lemah dan menjaga orang jompo, membantu orang miskin apakah baik
dan buruk. Topic-topik yang ada pada umumnya merupakan elemen yang fundamental
dalam Islamic worldview. Periode mekkah selanjutnya, ketika konsep abstrak dan
doktrin seperti kenabian, konsep ilmu dan arti agama dan ibadah telah
terbangun. Bersama dengan periode awal, surat yang turun, termasuk penjelasan
dan kontribusi dari komunitas muslim, menyusun struktur dunia dari islamic
wordview. Muslim generasi awal telah memiliki worldview sebelum mereka
berpindah mejadi islam, struktur dunia dari worldview sebelumnya digantikan
oleh struktur dunia yang islam.
Periode
Madinah. Ketika konsep- konsep seperti hokum, jihad, persaudaraan, komunitas
muslim dielaborasikan secara bersama-sama dengan topic- topic sebelumnya
menjadi kesatuan ide yang menyeluruh disebut islami worldview.
Periode
selanjutnya, adalah periode munculnya struktur munculnya islam( conceptual
scheme) pada Islamic worldvieu dijelaskan bahwa struktur pengetahuan
pada Islamic worldvieu muncul pada
periode madinah dan mengacu pada ayat- ayat yang diturunkan di mekkah dan
madinah: pertama, konsep ilmu sebagai elemen yang fundamental ayat yang
berbicara tentang ketinggian dderajat orang yang berilmu sangatlah banyak
misalnya ayat al- mujadalah 11, az-zumar 9, al fatir 28.
يا أيهاالذين امنو اذا قيل لكم تفسحوا في
الم جلس فافسحوا يفح الله لكم و اذا قيل انشزوا فانشزوا يرفع الله الذين
امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجت و الله بما تعملون. (المجدلة)
Artinya: hai
orang- orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu di majlis maka
lapangkanglah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untuk mu dan apabila
dikatakan, berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang- orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat dan Allah maha mengetahuai apa yang kamu kerjakan
( QS: AL
MUJADALAH 11 )
Islam
sangat mnekankan pentingnya mencari ilmu untuk meneliti, memahami lam semesta,
dan kondisi alamiah yang berkaitan dengan hal tersebut. Mencari ilmu wajib bagi
setiap muslim.
B. KEMUNCULAN TRADISI KEILMUAN ISLAM
Menurut hamid fahmi zarkasyi, ilmu dalam islam di bagi menjadi 4
periode:
1. Turunnya wahyu dan lahirnya pandangan hidup
islam pada periode mekkah seperti konsep tentang tuhan dan keimanan pada-Nya,
Konsep ilm, nubuwwah, din.
2. Lahirnya kesadaran bahwa wahyu yang turun
mengandung struktur ilmu pengetahuan seperti konsep tentang kehidupan, ilmu
pengetahuan, dan
lain- lain. Konsep ini dianggap sebagai
kerangka awal konsep keilmuan dan berarti juga lahirnya elemen- elemen
epistimologi yang mendasar.
3. Lahirnya tradisi keilmuan dalam islam yang
ditunjukkan dengan adanya komunitas ilmuan bukti adanya komunitas keilmuan
dalam islam berdirinya kelompok belajar atau sekolah dimadinah
4. Lahirnya disiplin ilmu- ilmu islam bahwa
kelahiran disiplin ilmu melalui 3 tahap yaitu:
·
Tahap problematic: tahap yang dipelajari secara acak
tanpa pembatasan dalam bidang- bidang kajian
·
Tahap
Disipliner: tahap yang telah memiliki tradisi ilmiah bersepakat untuk
membicarakan materi dan metode pembahasan sesuai dengan bidang masing- masing
·
Tahap penamaan: tahap yang memiliki materi dan metode
khusus dan diberi nama tertentu.
KESIMPULAN
Pada saat komunitas islam terbentuk, tantangan serius pertama yang
dihadapi umat islam adalah tantangan moral dan kemerosotan yang dibawa oleh
budaya jahiliyyah. Kedua, tantangan kesusteraan yang dimiliki oleh budaya
jahiliyyah terutama yang terpenting adalah ketika terjadi ekspansi islam
terhadap peradapan lainnya. Tantangan ketiga adalah, adanya aktifitas keilmuan
dan filosofis yang dibawa terutama dari budaya helenistik. Semua tantangan
intelektual tersebut tentunya tidak dapat di hadapi tanpa adanya para ulama’
atau cendekiawan yang terlatih dan mumpuni. Pakar filsafat islam Alparlan
Acikgence sampai pada kesimpulan ini untuk membuktikan bahwa intelektualitas
pada abad pertama kemunculan islam telah memiliki fondasi yang memadai yang
disebut konstextual causes untuk kebangkitan aktifitas keilmuan dan kemunculan
tradisi keilmuan dalam islam.
Menurut hamid fahmi zarkasyi, ilmu dalam islam di bagi menjadi 4
periode:
5. Turunnya wahyu dan lahirnya pandangan hidup
islam pada periode mekkah seperti konsep tentang tuhan dan keimanan pada-Nya,
Konsep ilm, nubuwwah, Din.
6. Lahirnya kesadaran bahwa wahyu yang turun
mengandung struktur ilmu pengetahuan seperti konsep tentang kehidupan, ilmu
pengetahuan, dan
lain- lain. Konsep ini dianggap sebagai
kerangka awal konsep keilmuan dan berarti juga lahirnya elemen- elemen
epistimologi yang mendasar.
7. Lahirnya tradisi keilmuan dalam islam yang
ditunjukkan dengan adanya komunitas ilmuan bukti adanya komunitas keilmuan
dalam islam berdirinya kelompok belajar atau sekolah dimadinah
8. Lahirnya disiplin ilmu- ilmu islam bahwa
kelahiran disiplin ilmu melalui 3 tahap yaitu:
·
Tahap problematic: tahap yang dipelajari secara acak
tanpa pembatasan dalam bidang- bidang kajian
·
Tahap
Disipliner: tahap yang telah memiliki tradisi ilmiah bersepakat untuk
membicarakan materi dan metode pembahasan sesuai dengan bidang masing- masing
·
Tahap penamaan: tahap yang memiliki materi dan metode
khusus dan diberi nama tertentu.
DAFTAR
PUSTAKA
Husaini adian, filsafat ilmu, cetakan
keempat, Jakarta, Gema Insani, 2013.
Al- Quran al kariim.