Rabu, 01 November 2017

PARADIGMA PERADABAN




                       

PARADIGMA PERADABAN
 
Makna Peradaban Dalam bahasa Arab, peradaban biasa diderivasi dari kata (HADARAH) ini diartikan dengan: “Peradaban, dalam pengertian yang umum, adalah buah dari setiap usaha yang dilakukan oleh manusia untuk memperbaiki kondisi hidupnya. Sama saja, apakah usaha yang dilakukan untuk mencapai buah tersebut benar-benar yang dituju, atau tidak. Baik buah tersebut dalam bentuk materi (maddiyyah) atau imateri (ma‘nawiyyah). Peradaban memiliki dua sisi penting: pertama, sisi kemajuan materi (al-ruqiy al-maddi), yang meliputi seluruh lini kehidupan semacam: industry, perdagangan, pertanian, kerajinan, dan seni. Kedua, sisi maknawi, yang berkaitan dengan nilai-nilai spiritualitas, kaidah-kaidah moral, produk pemikiran, dan karya sastra. Melihat definisi tersebut, maka peradaban harus memiliki dua sisi penting ini. Nilai ketinggian materil dan spiritual suatu peradaban seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Maka, jika ada satu peradaban yang hanya menonjol dalam satu sisi saja, maka dia tak layak disebut sebagai sebuah peradaban yang sempurna. Karena bisa jadi dia maju secara industri, tekonologi, informasi, dan lain sebagainya, namun secara “kemanusiaan” dia gagal disebut sebagai sebuah peradaban. Karena ternyata dia tidak memberikan apa-apa kepada manusia.
Apa yang terjadi di Barat, misalnya, di mana ada pembedaan etnik antara kulit hitam dan kulit putih yang diangkat benderanya oleh Amerika Serikat, jelas bukan sebuah peradaban yang utuh. Padahal, Amerika dianggap sebagai negara besar dan berperadaban tinggi jika dilihat dari sisi peradaban materi, industry, dan perkembangan sains. Lihat juga perbudakan yang dilakukan oleh negara komunis terhadap rakyatnya dan terhadap kaum Muslimin yang berada di bawah kekuasaannya. Jelas, itu adalah cacat dan noda hitam yang melekat di wajah peradaban manusia dan kemanusiaan..





 



Bahkan, lebih pantas disebut sebagai primitivisme dan kebrutalan yang tak pernah disaksikan oleh sejarah. Ditambah lagi, kekuasaan dan kemajuan dalam bidang-bidang tersebut dijadikan alat oleh bangsa-bangsa itu untuk menyalakan api peperangan yang menghilangan jutaan nyawa orang. Kemajuan itu pula yang digunakan untuk melakukan penjajahan bangsa-bangsa lemah, yang tidak memiliki upaya dan kekuatan apa-apa. Semuanya dibongkar dan dilucuti, agar bisa dicabut dari negaranya dan keyakinannya, lalu digantikan dengan segala bentuk kerusakan, kezaliman, dan permusuhan.
Kemajuan materi tersebut akan hilang dan hancur, sebagaimana yang pernah diterima dan dirasakan oleh peradaban-peradaban besar dalam sejarah yang tidak memiliki unsur kemanusiaan sama sekali, yang berdiri dengan sombong di atas permukaan bumi. Untuk satu kurun waktu peradaban-peradaban itu berkuasa dan mendominasi, kemudian hancur tak berwujud. Akhirnya hanya menjadi kenangan dalam perut sejarah. Allah SWT memberikan sebuah perumpamaan yang indah: “…hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanamantanamannya) laksana tanaman-tanaman yang sudah disabit, seakanakan belum pernah tumbuh kemarin. (QS.Yunus [ 10] : 24)
Artinya, Amerika, Rusia, dan negara-negara Barat lainnya hanya dapat kita sebut sebagai negara yang berperadaban secara “materi”. Karena suatu bangsa tidak dapat dikatakan berperadaban, sampai dia benar-benar berperadaban secara materil, spiritual, dan manusiawi. Di sini sebenarnya, setiap Muslim, tidak boleh menjadi inferior apalagi merasa malu karena melihat peradaban Islam dianggap tidak maju secara materi. Karena hakikat peradaban tidak dapat hanya dilihat secara materi. Namun hakikat manusia mesti dilihat dari kontribusinya dalam “membangun” manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

arsip saya

Matahari tenggelam yang indah

 Matahari Tenggelam yang Indah Salah satu hal yang sangat aku sukai adalah momen saat matahari tenggelam di ufuk Barat. Adegan ini memberika...