Jumat, 03 November 2017

SEJARAH MADRASAH DALAM BERADABAN ISLAM





                               
                              

Madrasah dan transmisi ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam bermaksud membahas tentang madrasah sebagai pusat penyebaran ilmu pengetahuan ke berbagai penjuru arah dan tempat, serta beberapa elemen dan latar belakang yang mendasarinya atau urgensi beserta seberapa besar peran madrasah dalam transmisi tersebut.
Dalam sejarahnya, institusi pendidikan Islam mengalami berbagai dinamika pertumbuhan dan perkembangan serta kemunduran. Berbagai pola dan tipe muncul dan berubah seiring perkembangan pemikiran. Madrasah merupakan tonggak bersejarah bagi berkembangnya institusi pendidikan formal di dunia Islam. Institusi pendidikan di dunia Islam terbagi ke dalam dua kategori, yakni lembaga pendidikan yang munculnya sebelum munculnya madrasah (pra-madrasah) dan mlembaga madrasah itu sendiri  Tipe yang pertama, yakni periode pra-madrasah, lembaga pendidikan Islam yang ada antara lain berupa majlis-majlis ilmu, masjid, jami’, halaqah, maktab, kuttab, lembaga-lembaga sufi seperti zawiyah, ribat, dan khan. Tempat-tempat tersebut merupakan lembaga pendidikan yang  tidak memasukkan ilmu-ilmu umum (foreign sciences) dalam kajiannya. Sedangkan lembaga pendidikan yang memasukkan ilmu-ilmu umum terdiri dari perpustakaan dan rumah sakit. 
Kategori Pra Madrasah:
Bangunan (rumah) adalah elemen pokok infrastruktur dalam sistem pendidikan Islam, maka menelusuri jejak madrasah tentunya harus memulai dari konsep dan praktek pendidikan pada masa awal Islam yaitu masa rosulullah SAW mulai menanamkan cikal bakal atau benih pola pendidikan.



 




Adapun beberapa tahapan dalam proses transmisi ilmu pengetahuan di masa Rasulullah SAW, diantaranya:
 a) Pendidikan perorangan yang dilakukan secara rahasia.
 b) Seruan atau ajakan kepada Bani Abdul Muthalib ke dalam Islam.
 c) Seruan dan ajakan ke masyaarakat luas
Pada periode ini, Rasulullah SAW menggunakan Darul Arqam (rumah kediaman sahabat, Al-Arqam bin Abi Al-Arqam r.a) sebagai tempat (wadah) proses transmisi ilmu pengetahuan kepada para sahabatnya. Praktek belajar mengajar yang dilakukan ketika itu, betul-betul sudah terorganisir dengan rapi, sesuai dengan targetyang hendak dicapai terhadap peserta didik. Jadi bukan hanya sekedar pemahaman, hafalan, dan pelaksanaan, tetapi lebih dari ituuntuk melahirkan kader-kader Islam. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Darul Arqam saat itu merupakan ‘lembaga pendidikan Islam’ (madrasah)  pertama yang diselenggarakan dalam peradaban Islam.
Proses belajar-mengajar kemudian diteruskan ke beberapa tempat baru selain Darul Arqam. Perkembangan ini terjadi di masa Rasulullah dan masa khulafa’ ar-Rasyidun. Adapun beberapa tempat tersebut adalah :
1.      Masjid
 Secara bahasa, masjid artinya ‘tempat sujud’, sebuah tempat dimana umat Islam menjalankan ritual ibadah salat berjamaah. Namun kemudian, fungsi masjid bertambah, tidak hanya sebagai tempat sholat saja, ia sebagai sarana untuk proses pengajaran bidang lain seperti latihan meliter, diplomasi, musyawarah, dan lainya. Masjid nabawi adalah salah satu tempat paling bersejarah dalam proses transmisi tersebut.



 Cami, Minaret, Dome, Old, Sultanahmet, Worship, Islam





2. Rumah Ulama
 Istilah rumah ulama bermula ketika Abdullah bin Ummu Maktum yang berhijrah ke Madinah, dan menjadikan rumahnya sebagai darul qurra’  Rumah ini kemudian dijadikan:
a.       Halaqah ad-Dars Halaqah ad-Dars (biasa disebut halaqah saja) atau ”lingkaran belajar”, disebut lingkaran karena orang yang ikut belajar mendengarkan penjelasan dengan cara duduk melingkar. Sang guru duduk membelakangi tembok atau tiang, dan para pelajar duduk dengan membentuk lingkaran di depan guru.
b.       Maktabah (Perpustakaan) Perpustakaan merupakan tempat dimana terdapat kumpulankumpulan atau koleksi buku yang dapat dibaca bahkan dipinjam. Perpustakaan berkembang luas pada masa Abbasiyyah, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan pribadi. Faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan itu antara lain ialah meluasnya penggunaan kertas untuk menyalin kitab-kitab, bermunculnya para penyalin kitab,  dan berkembangnya halaqoh para sastarawan dan ulama.
c.        Qusur (Pendidikan Rendah di Istana) Pendidikan dikenalkan pada anak-anak di lingkungan Istana, dimana metode pendidikan dasar ini dirancang oleh orang tua murid (para Khalifah dan Pejabat) agar selaras dengan tujuannya dan sesuai dengan minat dan kemampuan anaknya, metode pembelajarannya pada garis besarnya sama dengan metode yang diterapkan pada anak-anak lain di kuttab-kuttab, hanya saja terkadang ditambah atau dikurangi menurut para pembesar yang bersangkutan dan sesuai dengan keinginan untuk menyiapkan anak mereka secara khusus untuk tanggungjawab yang akan dihadapinya dalam kehidupan yang akan datang. Para pengajarnya (mu’addib) diberi tempat tinggal di Istana.









Madrasah Pasca Jatuhnya Peradaban Muslim (Abad XVI) Sampai abad XVI           
Sistem madrasah menjadi model utama pendidikan dalam Islam. Sejak Islam bersentuhan dengan tradisi Eropa, yang saat itu mulai menerapkan model pengajaran klasikal di berbagai universitas, madrasah juga banyak terpengaruh. Hal ini banyak terjadi ketika kekuasaan Turki Usmani berkembang. Medrese dan mekteb di wilayah- wilayah turki sampai asia tengah mendapat pengayaan dengan model klasikal yang tidak ada ketika masih mengacu pada konsep awal. Meskipun secara materi ilmu tetap meneruskan apa yang telah diajarkan pada era sebelumnya, namun secara metode lebih banyak pengayaan.
 Beberapa madrasah juga mulai terpisah dengan bangunan utama masjid. Di samping ada universitas (jami’ah) sebagai fase tertinggi dari sistem madrasah, konsep madrasah awal sebagaimana disebutkan di atas juga diselenggarakan untuk tingkat lebih rendah. Dengan adanya pengaruh langsung dari model pendidikan Eropa, ketika era kolonialisasi Eropa ke wilayah Asia dan Afrika, madrasah merupakan lembaga-lembaga pendidikan yang terpisah dari masjid. Hal ini terjadi karena model pendidikan Eropa yang klasikal dan memisahkan antara ilmu agama (teologi gereja) yang diselenggarakan oleh seminari atau gereja sendiri, dan ilmu umum yang diselenggarakan olejah lembaga resmi (pemerintahan atau swasta) dengan model sekolah sampai universitas. Madrasah dipandang sebagai model pengajaran formal dari ilmu-ilmu agama saja (Qur’an, Hadits, Akidah, Akhlak, dan Fiqih), sementara sekolah mengajarkan ilmu-ilmu umum di luar ilmu agama.  Beberapa faktor yang disinyalir menjadi sebab terjadinya transmisi ilmu ke dalam peradaban Islam, antara lain:
1. Pemisahan beberapa institusi dalam Kresten Ortodoks dengan Gereja Induk (Mother Church) karena alasan perbedaan doktrinal. Ini menyebabkan sekte Nestorian dan Monophysite dikucilkan dan akhirnya diusir dari wilayah kekaisaran  Romawi. Ketika Islam menaklukkan Romawi, sekte-sekte ini mendapat perlindungan dari orang-orang Islam.







 2. Penaklukan Aleksandria Agung serta penyebaran ilmu pengetahuan ke Persia dan India.
 3. Akademi Jundi-Shapur kekaisaran Persia yang mengembangkan kurikulum studi yang disusun oleh kalangan Universitas Aleksandria, sehingga terjadi penerjemahan besar ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani ke bahasa Persia
4. Karya penerjemahan Yahudi, para kaum terpelajar Yahudi menerjemahkan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Heberew dan Arab.
Yang paling berpengaruh dan konsisten terhadap transmisi ini adalah Akademi Jundi-Shapur, sebuah sekolah yang dibangun di kekaisaran Persia, Raja Anushirwan yang Adil. Selain Jundi-Shapur, ada sebuah kota yang menjadi pusat keilmuan khususnya kedoktoran dan filsafat, yaitu Nishapur. Tidak heran jika dijelaskan di atas bahwa salah satu madrasah awal yang dibangun dalam peradaban Islam adalah madrasah Nishapur. Pertemuan Islam dan peradaban lain ini merupakan awal mula terbukanya proses transmisi ilmu pengetahuan secara besar yang membuat peradaban Islam dikenal di peradaban Barat. Proses selanjutnya adalah proses adaptatif Islam terhadap karya-karya Yunani dan Persia. Beberapa madrasah kemudian didirikan, sesuai dengan penjelasan di atas. Dari madrasah inilah dimulai beberapa hal yaitu penataan kembali sistem pendidikan Islam, perbaikan sarana pendidikan, salah satunya dengan membangun gedung dan melengkapi buku-buku perpustakaan. Kemudian yang paling pokok dalam proses tarnsmisi ini adalah penerjemahan karyakarya peradaban Yunani, Persia, Mesir ke dalam bahasa Arab. Baitul Hikmah di masa khalifah Ma’mun dan Harun ArRasyid menjadi sarana terbesar dalaam fase penerjemahan ini, sebelumnya sudah dilakukan penerjemahan tetapi tidak seperti zaman kedua khalifah ini. Usaha ini tidak semulus yang dibayangkan, karena mendapat tantangan dari kelompok yang dinamakan kelompok Syu’ubiyah.








Sebuah kelompok yang terdiri dari orang-orang Yahudi, Yunani, Mesir dan Spanyol, yang melakukan oposisi terhadap khilafah atas proses penerjemaan ini disebabkan anggapan mereka bahwa Islam memiliki hutang-budi kepada peradaban Persia dengan adanya penerjemahan.  Beberapa penerjemah Persia yang terkenal dan Produktif antara lain :
 1. George Bakh-Tishu, putra Bakh-Tishu, dokter istana khilafah Abbasiyah.
 2. Zakariya Yuhanna Ibn Musa, dokter 
 3. Rabban at-Tabari atau Sahl at-Tabari
 4. Ibnul Muqaffa
5. Muhammad al-Fazari
6. Hunayn ibn Ishaq
 7. Ishaq ibn Hunayn
 Tidak semua penerjemah yang ada pada masa itu beragama Islam, George Bakh-Tishu dan Hunayn ibn Ishaq adalah pemeluk sekte Nestorian (Ibadi) dan tidak memeluk Islam meskipun berkecimpungan dan berjasa besar dalam perkembangan proses transmisi yang ada. kecintaan terhadap ilmu pengetahun menjadi dasar mereka melakukan hal-hal yang difasilitasi oleh penguasa muslim. Masa ini juga yang disebut beberapa sejarawan sebagai masa relasi damai antara Islam dan Kristen. Perluasan kekuasaan Islam ke wilayah Afrika Utara membawa dampak yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan peradaban secara umum. Dinasti Fatimiyah yang bermazhab Syi’ah memulai kekuasaannya dari wilayah ini, dan kemudian mengembangkan kekuasaannya ke Kairo dengan perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan diaplikasikan dengan mendirikan beberapa madrasah dan tercatat sebagai madrasah terbesar pada saat itu adalah Al-Azhar.






 Wilayah lain di Afrika Utara tidak luput dari transmisi ilmu, Maroko dan Tunisia merupakan kota besar sebagai pusat pengetahuan, begitu juga dengan Mali di Timbuktu. Tingginya ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam menjadi inspirasi tersendiri bagi peradaban Barat (Eropa), sehingga mereka melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh peradaban Islam dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Ada dua metode yang dikenal dalam proses tarnsmisi ilmu pengetahuan ke Bara, yaitu melalui peperangan (Perang Salib) dan melalui jalur pendidikan. Perang salib yang berlangsung beberapa abad, telah membuat elemen-elemen pendidikan Islam tidak berfungsi, mulai dari masjid, madrasah. 
Perpustakaan dan banyak bangunan ini. Namun sesungguhnya dari sinilah proses transmisi ilmu pengetahuan peradaban Islam menyebar ke peradaban Barat. Banyak literature yang dimusnakan, tetapi setelah mereka mengetahui akan ketertinggalan Barat, maka mereka mulai mempelajari ilmu dari orang Islam. Transmisi melalui pendidikan dimulai ketika banyak mahasiswa yang menjadi utusan sebuah Negara di Eropa belajar pada beberapa universitas (madrasah) yang didirikan oleh penguasa muslim, seperti di Andalusia, Cordova, dan beberapa universitas lain. Namun sayang, saat ini wilayah Andalusia (Spanyol) yang sempat menjadi pusat ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam, dikuasai oleh orang Kristen-Latif dan tidak menyisakan serta tidak mengakui peradaban Islam
Barat memulai transmisi ini dengan melakukan gerakan penerjemahan karya-karya berbahasa Arab ke bahasa latin  Pada fase penerjemahan inilah, Andalusia kembali direbut oleh barat, seperti wilaya Toledo pada tahun1080. Sebelumnya, di Cordova, aktivitas ilmiah mulai berkembang pesat sejak masa pemerintahan Abdurrahman II (822-852 M). ia mendirikan universitas, memperluas dan memperindah masjid.
Cordova kemudian menjadi sangat maju dan tampil sebagai pusat peradaban yardova kemudian menjadi sangat maju dan tampil sebagai pusat peradaban yang menyinari Eropa. Pada waktu itu, Eropa masihPada waktu itu, Eropa masih tenggelam pada keterbelakangan dan kegelapan






Abad pertengahan. Penggambaran keadaan Eropa pada masa itu nampak pada kalimat sebagai berikut, “jika matahari telah terbenam, seluruh kota besar Eropa terlihat gelap gulita. Di sisi lain, cordova terang benderang disinari lampu-lampu umum. Eropa sangat kumuh, sementara di kota cordova telah dibangun seribu WC umum. Eropa sangat kotor, sementara penduduk cordova sangat concern dengan kebersihan. Eropa tenggelam dalam lumpu, sementara jalan-jalan cordova telah mulus. Atap istana-istana Eropa sudah pada bocor, sementara istana-istanacordova dihiasi dengan perhiasan yang mewah. Took Eropa tidak bisa menulis namanya sendiri, sementara anak-anak Cordova sudah mulai masuk sekolah.
Penerjemahan ini dilakukan secara besar dan menyeluruh, sama seperti ketika Islam melakukan Penerjemahan ini dilakukan secara besar dan menyeluruh, sama seperti ketika Islam melakukanpenerjemahan dari karya-karya Yunani. Karya-karya muslim menjadi yang muncul pada peradaban Islam, menjadi sasaran utama bagi gerakan ini. Tidak heran jika saat ini banyak ditemukan karya-karya ilmuwan muslim yang ditulis dalam bahasa Latin.
Akhirnya pada abad XV muncullah gerakan di Eropa yang dinamakan renaissance. Renaissance berasal dari kata renasseimento yang berati lahir kembali atau rebirth sebagai manusia yang serba baru. Renaissance diartikan sebagai kelahiran kembali atau kebangkitan kembali jiwa atau semangat manusia yang selama abad pertengahan terbelenggu dan diliputi oleh mental inactivity. Renaissance disebut juga Abad kebangkitan karena ia adalah awal kebangkitan manusia Eropa yang ingin bebas dan tidak lagi terbelenggu sebaga dan tidak lagi terbelenggu sebagai kehendak untuk merealisasikan hakikat manusia sendiri. Renaissance merupakan gerakan yang menaruh minat untuk mempelajari dan memahami kembali peradaban dan kebudayaan Yunani dan Romawi kuno. Pada masa Renaisans Eropa, peradaban Islam sudah memasuki masakemunduran hebat. Terlihat dari tidak berfungsinya lembaga pendidikan Islam secara utuh dan tidak mampu bersaing dengan peradaban lain. Ada beberapa factor pengunduran dalam transmisi ilmu pengetahuan ini, antara lain:






1. Oposisi dari kaum ortodok dalam islam yang menolak “dialog peradaban” dengan barat, sehingga menolak semua yang datang darinya.
2. Kemunduran dimulai sejak penulisan buku “Tahafut alFalasifah” oleh Abu Hamid Al-Ghazali.
3. Invasi monggol di Baghdad. 4. Tidak adanya dukungan dari penguasa Muslim (Political will) terhadap pengembangan keilmuan.
5. Hilangnya pecinta ilmu.
6. Kelemahan dalam tubuh umat islam sendiri.
Proses transmisi ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam tidak lagi menemukan spirit yang pernah tercipta pada abad pertengahan. Yang tersisa hanya warisan kebesaran intelektual dan euphoria yang membius umat Islam untuk hanya memahami dan mengenang saja. Namun demikian, proses transmisi ini tetap berjalan sampai saat ini, dengan tumbuh dan bermunculan lembaga madrasah dalam dunia Islam dengan varian cirri dan karakter yang berbeda-beda.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

arsip saya

Matahari tenggelam yang indah

 Matahari Tenggelam yang Indah Salah satu hal yang sangat aku sukai adalah momen saat matahari tenggelam di ufuk Barat. Adegan ini memberika...