Secangkir kopi

Secangkir kopi

(bamega indah melati)

Berdiskusi dengan Tuhan

Dalam heningnya malam.

Kutajamkan intuisi dan kuat kan hati, agar bisa menerima kenyataan pahit ini dengan

S E C A N G K I R   K O P I

Hei kamu yang selalu kunanti

Ternyata ada dilain hati

Hitam legam, nan buram

Apalah arti bermakna jika tak berwarna..

Ingatlah sebuah takaran yang baik

Tidak akan menghianati rasa

Kopi memang selalu bisu,

Ia pandai menyembunyikan kata

Karena, ia hanya punya rasa untuk kita bagi bersama

Secarik malam

Secarik malam

(bamega indah melati)

Dari malam ke malam

Rembulan semakin gencar menghembus rindu

Bukan tentang lantunan gemercik hujan

Bukan juga bintang yang kehilangan terang

Tapi rerinduan manusia atas segala kata cinta

Memang manusialah makhluk sempurna

Yang memiliki raga

Untuk berlari mengejar waktu

Dan bersinggah di pelabuhan rindu

sajakku

Adinda

(bamega indah melati)

Adinda,

Kau Nampak layu

Apa malam meyakitimu?

Biarlah, malam memang seperti itu

Mari sini,

Jatuhkan kepalamu ke pundakku

Kan ku ceritakan,

Perihal wanita patah hati yang menemukan patahannya

Dan aku berhasil memilikinya

Ku harap,

kau tidak lebih romantic

Tidak pula semakin puitis

Namun kisah cintamu begitu tragis

Adinda

Aku selalu berlabuh ke tepian hatimu yang begitu teduh

Sudah menepi tapi ombak selalu menghampiri

Lalu diterpa dan tenggelam dilautan hampa

kala

Kala

(bamega indah melati)

Kala,

Doa yang telah kupanjatkan

Kini telah mencapai awan

Kemudian berbentur bulan

Hingga memantul kembali tanpa jawaban

Hm,,

Bagaimana keadaanmu?

Jangan Tanya apakah aku merindu,

Jika tuhan menciptakan kata diatas rindu

Maka itulah keadaanku

Kala,

Malam, aku bertaruh dengan kata yang sering membisikkan namamu

Selalu menimbulkan harap yang bermuara pada Tanya

Dan kau masih menetap dalam renung yang tercuat disetiap pilu

Dengan mengucap kata rapat,

Agar dapat meleburkan kepercayaan yang kau sebut dengan sekat